Ash-Shahabah
Yayasan Ash-Shahabah Selokaton

Tuntun Anak dalam Menentukan Pola Hidup

0

Dikisahkan seorang mahasiswa menemui ayahnya, dengan raut sedih dia berkata, Bayangkan yah, temanku berdiri kebingungan di tempat parkir kampus, sembari bertanya kepadaku, Kau tahu, mobil mana yang aku bawa hari ini? Apakah engkau percaya yah, dia tidak ingat mobil mana yang dia bawa, karena jumlahnya yang tak terhitung?

Lalu si anak menuang air ke gelas, sambil mencaci maki ayahnya, Mengapa dia punya berderet-deret mobil, dan aku hanya secarik karcis bus? Mengapa kita tidak mempunyai harta seperti mereka? Mengapa engkau tidak seperti ayahnya? Sang ayah tak mampu menjawab, dan meninggalkan anaknya yang mulai berderai air mata.

Ini kisah nyata kehidupan seorang remaja di zaman materialis yang selalu menyerang nilai-nilai luhur, seperti sekarang. Kita sebagai ayah, dituntut untuk meletakkan pola hidup bagi anak. Agar dia bisa dengan mudah menapaki hidup ini manis ataupun pahit. Kita wajib memberikan kepadanya kaidah agung yang diusung oleh Al-Quran:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُم ﴿١٣﴾

…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa… (QS. Al Hujurat [49] :13)

Ayat ini banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang seringkali mengganggu batin anak.

Kaya dan miskin hanyalah tampilan luar. Kebahagiaan selalu ada, jika jiwa seorang manusia menjadi tenang. Kita berikan dia kompas yang selalu menuntun langkah hidup kita. Sebuah kompas yang bernama ridha ilahi.

Banyak sekali kita jumpai seorang ayah yang menanamkan kemunafikan kepada anaknya, dengan berkata kepada anaknya, Apa kata mereka jika melihatmu melakukan hal ini? atau Apa yang akan kamu perbuat, jika mereka tahu ini?

Ikatlah dia dengan Penciptanya yang selalu mengawasi, jangan ikat dia dengan manusia yang sangat lemah ini. Katakanlah kepadanya, Apakah engkau tidak takut akan kemurkaan Allah? atau Tidakkah engkau tahu, Allah tidak ridha akan ini?

Kemunafikan hanya akan menjadikannya sebagai pribadi pembenci, pembangkang, dan rusak. Sedang kedekatan kepada Allah akan menuntunnya menjadi seorang mukmin sejati.

Sumber: Selamat, Anda Menjadi Ayah; Karim Ash-Shadzili. 2007. Solo: Samudera

Leave A Reply

Your email address will not be published.